Insan sepak bola di Bandung dan Jawa Barat sangat beralasan jika sepanjang tahun 1995-2010 ini merasa prihatin, malu, dan miris dengan wajah sepak bola Bandung ini. Inilah tahun di mana bisa saya katakan ketidakberdayaan, dan hilangnya rasa malu , membentuk potret buram team sepak bola Bandung dan Jawa-barat itu. Jika berlanjut terus seperti ini, mau dibawa ke mana sepak bola Bandung (Persib-Bandung)?
Inilah tahun di mana Persib Bandung tidak lagi memiliki kekuatan atau keberdayaan. Daniel- Darko-Janackovic, sosok yang awalnya dipilih Manajemen sebagai Pelatih kepala Persib yang di tugaskan untuk memantau pemain untuk membentuk tim yang solid agar persib menjadi juara pada kompetisi Indonesia Liga super 2010-2011 sepertinya akan layu sebelum berkembang
Sejak Pelatih berpasspor Prancis itu melatih Skuad Maung Bandung, kurang lebih 2 bulan sudah banyak menuai kritik dan pertentangan mulai dari manajemen,bobotoh/Viking hingga kasus terakhir dengan Salah seorang Pemain yang berlebel pemain nasional (markus Horison) yang berbuntut di percepat TC di Cirebon,belum lagi kekalahan memalukan atas Sriwijaya FC dalam turnamen Inter Island Cup 2010 di Palembang.
Jika orang yang di tunjuk manajemen sebagai pelatih, tidak di terima oleh manajemen,pemain dan bobotoh dan harus meninggalkan posisi sebelum kompetisi bergulir? Masih adakah rasa malu itu di tubuh manajemen Persib? Dari sini bisa kita merunut kenapa wajah sepak bola Bandung sedemikian buram: Anarkisnya sebagian bobotoh, demo bobotoh,pergantian pelatih di tengah jalan, dan prestasi tim Persib yang belum juga membanggakan.
Pada awal tahun, kompetisi 2010-2011 sempat memberikan harapan cerah saat Daniel- Darko-Janackovic di percaya menukangi Eka Ramdani CS, dengan gaya melatihnya yang keras ,ketat, disiplin dan tidak dapat di intervensi oleh siapapun, namun kiranya Ia harus kalah oleh Situasi dan keadaan.
1.Buram sejak awal
Sejak 2 musim terakhir yaitu pada musim 2007-2008, 2008-2009 serta pada musim 2009-2010 persib selalu dihuni oleh pemain-pemain kelas satu serrta di tangani oleh pelatih-pelatih kelas satu pula. Tetapi tak satupun gelar dihasilkan dari tim-tim bertabur bintang itu.
Nama-nama pelatih yang sempat menangani tim ini juga bukan pelatih biasa-biasa, dari mulai pelatih asing Arcan Iuri hingga pelatih yang membawa juara Persik Kediri Jaya Hartono. Tetapi sekali lagi keberadaan mereka tidak membuat persib lantas menjalani kompetisi dengan mulus, apalagi meraih gelar juara.
Fakta yang menarik lainnya, persib selalu mengalami penurunan performa di putaran ke-2. Seperti di musim 2007-2008 dimana sistem kompetisi masih dengan format 2 wilayah. Persib sempat menjadi pemuncak klasemen group I tetapi terjun bebas ke peringkat 5 di akhir putaran ke-2 membuat persib gagal melangkah ke babak 8 besar. Begitupun di musim 2008-2009 sempat menjanjikan dengan menang telak atas Persela dilaga pembuka dengan skor 5-2, tidak diikuti oleh konsistensi permainan yang akhirnya Persib jauh tertinggal dari saingan seperti Persipura dan Persiwa. Hal yang hampir sama terjadi di musim kompetesi yang baru saja terakhir, diarsiteki oleh jaya Hartono seperti musim sebelumnya persib tidak mampu bersaing dengan Arema Indonesia. Lagi-lagi inkonsistensi menjadi catatan penting pada musim ini.
Entah apa penyebab pastinya, yang jelas hasil yang mengecewakan di lapangan hampir selalu berbuntut pada mundurnya seorang pelatih. Tercatat selama tiga musim terakhir 2 kali seorang pelatih memutuskan untuk mundur dari jabatannya. Pada musim 2007-2008 Arcan Iuri memutuskan untuk mundur dari jabatan pelatih kepala dan digantikan oleh tim 5 pada saat itu. Hal itu menyusul hasil buruk di laga kandang dan tandang Persib.
Jaya Hartono mengikuti jejak Arcan Iuri di musim 2009-2010. Sempat dianggap sukses membawa persib finis di posisi 3 pada musim sebelumnya, jaya Hartono sebenarnya memiliki kesempatan untuk membentuk tim berdasarkan kelemahan persib musim lalu. Tetapi persiapan dari seorang pelatih ternyata tidak menjwab pertanyaan alasan sulitnya persib menjadi juara.
Berhembus kencang dimedia masa, bahwa tekanan adalah alasan utama yang membuat mereka tidak tuntas menyelesaikan tugasnya. Besarnya ekspektasi bobotoh terhadap tim berimbas tekanan yang sangat besar kepada mereka. Tidak jarang tekanan itu menyentuh ranah teknis tim, seperti strategi hingga susunan line-up pemain.
2.Masalah lama
Masalah lama, benturan antara manajemen dan Pelatih, juga tak kunjung terpecahkan. Akibatnya, ketika menjalani uji coba pada pertandingan antar pulau yang minim. Mereka dua kali tampil di turnamen dengan hasil yang kurang meyakinkan, Pertama menang tipis 3-2 atas Persiba Balikpapan kedua harus takluk 0-6 dari Sriwijaya FC.
Menurut saya di era sepak bola modern, seorang pelatih sebenarnya memiliki kewenangan bukan hanya dalam masalah teknis, tetapi juga nonteknis. Pelatih tidak hanya bertugas untuk melatih teknik, taktik dan fisik pemain. Melainkan mereka bertanggung jawab terhadap kehidupan pemain di luar lapangan hingga masalah transfer pemain. Kita mungkin sempat mendengar kabar seorang Arsene wenger turut serta dalam masalah negosiasi gaji pemain, hal ini menunjukan bahwa keberadaan mereka bukan saja yang bersifat teknis di lapangan, tetapi segala hal yang berhubungan dengan teknis tersebut mereka harus terlibat.
Seorang pelatih yang merangkap manajer tentu bukan tanpa catatan. Setidaknya dia harus merupakan orang yang mengerti manajerial sepak bola, mampu bernegosiasi, serta mampu menselaraskan kebutuhan teknis dan non teknis. Syarat lainnya bagi persib adalah, apakah SDM kita siap untuk itu? Melihat buruknya komunikasi antara manajemen dan pihak konsorsium saja sepertinya menunjukan bahwa ada masalah dalam hal ini.
Setitik harapan muncul ketika Persib-Bandung masih memiliki basis pendukung fanatic dalam jumlah jutaan ribu orang dan masih dipercaya oleh penyandang dana serta sponsor untuk menjadi tim terbaik dengan membeli pemain bintang dan pelatih berkualitas. Kepercayaan itu hendaknya dibalas dengan komitmen untuk terus berbenah diri.
Link to http://bobotohpoe-singapore.com
0 comments:
Post a Comment