Translate to Arabic Translate to Bulgarian Translate to Simplified Chinese Translate to Traditional Chinese Translate to Croatian Translate to Czech Translate to Danish TTranslate to Dutch Translate to English Translate to Finnish Translate to French Translate to German Translate to Greek Translate to Hindi Translate to Italian Translate to Japanese Translate to Korean Translate to Norwegian Translate to Polish Translate to Portuguese Translate to Romanian Translate to Russian Translate to Spanish Translate to Swedish
MAUNG BANDUNG UNITED ARAB EMIRATES (REPUBLIK MAUNG BANDUNG)***** ONE UNION ONE SPIRIT******

Friday, October 1, 2010

Bangkitlah Persib Bandung

 




Dalam artikel ini saya coba untuk mengajak para pembaca terutama bobotoh dan viking untuk melihat video serta mengulas masa emas Persib Bandung,tujuannya adalah tidak lain dan tidak bukan hanya untuk mengenang masa-masa emas tahun 1982-1995, Persib begitu perkasa dan di segani oleh lawan-lawannya walaupun pada masa itu Persib hanya di huni oleh pemain-pemain lokal tanpa pemain asing, Maung Bandung dapat menunjukkan taringnya,namun dalam kurun waktu 15 tahun terakhir Persib Bandung seperti “Macan pesakitan”.

SETIAP tim mempunyai masa kejayaannya dan soal gelar juara itu hanya soal waktu. Itu kata Novan Herfiyana, seorang spesialis referensi data Persib Bandung, dalam modulnya berjudul "Persib '86: Lahirnya Kembali Generasi Emas Persib".

SEJARAH mencatat, sejak didirikan pada 14 Maret 1933, Persib pernah mengalami tiga kali masa keemasan. Pertama, pada awal berdirinya, ketika Persib langsung menjadi runner-up kompetisi nasional 1933, 1934, 1936, dan puncaknya menjadi kampiun untuk pertama kalinya pada 1937. Kedua adalah di akhir dekade 1950-an dan awal dekade 1960-an dengan ditandai mahkota juara pada kompetisi nasional 1961 yang direbut oleh Omo Suratmo dan kawan-kawan.

Sedangkan masa kejayaan ketiga Persib lahir di awal dekade 1980-an hingga pertengahan dekade 1990-an. Masa kejayaan Persib kali ini tergolong fenomenal karena selama rentang waktu 13 tahun, antara 1982-1995, tim kebanggaan bobotoh itu sukses membumikan mahkota juara Kompetisi Perserikatan 1986, 1989/1990, 1993/1994, Liga Indonesia (LI) I/1994-1995, dan Pesta Sukan Brunei Darussalam 1986. Di luar itu, Persib juga menjadi finalis Piala Suratin 1982, Kompetisi Perserikatan 1983 dan 1985 serta perempatfinalis Piala Champions Asia 1995

Keberhasilan Persib menjuarai Kompetisi Perserikatan 1986, setelah menunggu selama 25 tahun, memunculkan euforia hebat di kalangan bobotoh dan publik sepak bola Bandung. Mahkota juara ini sudah sangat didambakan kehadirannya setelah dalam dua kompetisi perserikatan sebelumnya, pasca kembalinya ke Divisi Utama, Persib hanya mampu menjadi runner-up, karena dikandaskan PSMS Medan lewat drama adu penalti, pada partai final Kompetisi Perserikatan 1983 dan 1985.1995.


Dramatis

Momentum bersejarah, kembalinya Persib menjadi kampiun kompetisi perserikatan itu terjadi pada 11 Maret 1986. Pada partai puncak yang berlangsung di Stadion Utama Senayan Jakarta, Persib berhasil menundukkan Perseman Manokwari 1-0 lewat gol semata wayang Djadjang Nurdjaman pada menit 77.

Keberhasilan Persib lolos ke babak grandfinal itu tergolong sangat dramatis dan menegangkan. Pasalnya, setelah hanya mampu bermain imbang tanpa gol dengan PSM Makassar pada laga pembuka babak "6 Besar", Persib dibekap Persija Jakarta 2-3. Meski kemudian menang 2-1 dari PSIS Semarang, Persib kembali bermain imbang 0-0 dengan PSMS pada laga keempat.

Hasil sekali menang, 2 imbang, dan sekali kalah itu membuat posisi Adeng Hudaya dan kawan-kawan terjepit. Banyak orang mengira, Persib bakal gagal lolos ke grandfinal karena lawan terakhir yang harus dihadapi adalah Perseman, tim yang berhasil melakukan aksi sapu bersih dalam empat laga sebelumnya. Orang menyangka, Perseman akan tampil di grandfinal bersama Persija atau PSMS

Tapi, ketika banyak orang berpikir seperti itu, sebuah "keajaiban" terjadi. Lantaran insiden kericuhan yang terjadi pada saat mereka bertemu Persija pada laga pembuka babak "6 Besar", Perseman yang sudah mengantongi satu tiket ke grandfinal lebih memilih Persib sebagai calon lawannya. Plus "permainan tingkat tinggi", pada laga terakhirnya, 6 Maret 1986, Persib "menghajar" Perseman 6-0 lewat sumbangan gol Bambang Sukowiyono menit ke-10, Suhendar (15 dan 51), Dede Rosadi (25), Iwan Sunarya (30), dan penalti Djadjang Nurdjaman menit ke-72.


Dengan mengumpulkan nilai 6, plus selisih gol 10-4, Persib sebenarnya bisa tetap gagal bila pada hari berikutnya, Persija bisa mengalahkan PSIS lebih dari empat gol dan PSMS bisa menang lebih besar dari Persib saat menghadapi PSM. Tapi, nasib berpihak ke Persib. Pada laga terakhirnya, Persija "hanya" menang 3-0 dari PSIS dan PSMS dibekap PSM 0-1.

Maka, Persib pun melenggang ke partai puncak pada Selasa, 11 Maret 1986. Di dalam partai "sungguhan" dengan Perseman itu, duet pelatih Nandar Iskandar-Max Timisela menurunkan formasi andalannya, 4-3-3, dengan materi pemain Sobur (kiper), Adeng Hudaya, Robby Darwis, Suryamin, Ade Mulyono (belakang); Adjat Sudrajat, Bambang Sukowiyono, Iwan Sunarya (tengah); Suhendar, Dede Rosadi/Wawan Karnawan, dan Djadjang Nurdjaman (depan).

Setelah bertempur habis-habisan dengan bintang-bintang Perseman macam Adolf Kabo, Willem Mara, Yonas Sawor dan Eli Rumaropen, Persib akhirnya bisa mengalahkan "dewa penolongnya" lewat gol tunggal Djadjang Nurdjaman yang baru "pulang kampung" dari Mercu Buana Medan.

Menurut laporan Pikiran Rakyat edisi 13 Maret 1986, usai pertandingan, Stadion Utama Senayan "meledak" oleh histeria puluhan ribu bobotoh yang merangsek ke tengah lapangan. Mereka larut bersama dalam kegembiraan bersama pemain, pelatih, dan ofisial Persib yang tengah melakukan victory lap.

Di tengah ingar-bingar kegembiraan itu, Wali Kota Bandung dan Ketua Umum Persib, Ateng Wahyudi juga larut dalam pesta kemenangan. "Kepahitan, kepedihan, dan kecapaian hati, hari ini terobati sudah," komentar Ateng Wahyudi.

Dalam laporannya itu, Pikiran Rakyat menggambarkan, Ateng tak mampu menahan haru. Gerakannya tampak lunglai dipapah manajer tim Persib, Sukandar, B.E., mantan Ketua Umum Persib dan Gubernur Jawa Barat, Solihin GP, dan Wakil Gubernur Jawa Barat, Ir. Soehoed yang juga turut membahanakan kemenangan sambil menyalami para pemainnya.

Berkat keberhasilannya mengakhiri masa penantian selama 25 tahun itulah, di kemudian hari, muncul sebutan Persib '86 untuk seluruh anggota skuad Nandar Iskandar ini.
Tahun 1995 sepertinya masa Emas yang terakhir buat Persib,terakhir kalinya kita dapat melihat Persib bermain di Senayan, para official dan bobotoh meledak tumpah ruah untuk melakukan victory lap.Benarkah ini terjadi?
Saya berharap Persib Bisa bangkit untuk melahirkan generasi emas yang baru,untuk itu kita bersama selalu mendukung Persib dengan Seportif tanpa anarkis dan tak lupa kita bersama berdoa kiranya generasi biru Persib dapat mengembalikan masa emas tersebut.
Tak Lupa saya menyarankan untuk para pembaca agar dapat meluangkan waktunya untuk  berpartisipasi dalam polling yang tersedia dalam halaman utama blog ini, Terima Kasih.




0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More